Thursday, October 18, 2018

I’JAZ FI AL-‘AQIDAH


I’JAZ  FI  AL-‘AQIDAH

Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah I’jaz Qur’an


Dosen Pembimbing :
Ahzami Samiun Jazuli




Oleh:

Afrizal Fahmi Ali        1112034000002
Arruji Yurma               1112034000021
Hari Putra Z                1112034000009
Hilmy Firdausy           1112034000031
M. Irfan Apri Syahrial            1112034000015
Saripul Saleh               1112034000159


Logo+UIN.jpg
 





PRODI TAFSIR HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013

A.    Pendahuluan
Aqidah tauhid merupakan hal yang paling mendasar dalam agama islam. Aqidah tauhid adalah fondasi bagi seorang muslim dalam menjalani kehiduapannya di dunia da untuk bekal di akhirat, tanpa aqidah tauhid seorang muslim pasti tidak akan bisa hidup di jalan yang benar. Maka dari itulah seorang muslim mesti memiliki tauhid yang kuat agar bisa terhindar dari jalan yang sesat.

B.     Pengertian
Kata I’jazul al-‘Aqidah berasal dari dua suku kata, yaitu I’jaz dan ‘aqidah. I’jaz diungkapkan oleh M. Quraish Shihab dalam pengantar I’jazu al-Quran al-Karim ‘Abra al-Tarikh berasal dari akar kata ‘ajaza yang berarti lemah atau antonim mampu. I’jaz adaalah melemahkan atau menjadikan tidak mampu.
Dari akar kata yang sama lahir kata mu’jizat yang diartikan oleh banyak pakar sebagai suatu yang luar biasa yang dihadirkan oleh seorang nabi untuk menantang siapa yang tidak mempercayainya sebagai nabi, dan tantangannya itu tidak dapat dihadapi atau ditandingi oleh yang ditantang.
Sedangkan menurut bahasa aqidah berarti al-‘aqdu yang berarti ikatan, al-tautsiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkamu yang berarti mengokohkan (menetapkan), dan al-tabthu al-quwwah yang berarti mengingat dengan kuat. Sedangkan menurut istilah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakinkan.
Sehingga, makna I’jazu al-‘Aqidah adalah sesuatu yang luar biasa yang bersumber dari hasil keimanan yang teguh dan pasti yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi yang meyakininya.

C.    Ruang Lingkup Aqidah
Menururt sistematika Hassan al-Banna, ruang lingkup aqidah terbagi kedalam empat pembahasan:
1.      Illahiyat, yaitu pembahasan tentang sesuatu yang berhubungan dengan Allah, seperti dalam wujud Allah, nama-nama, sifat, af’al, dan lain-lain.
2.      Nubuwwat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan nabi dan rasul termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah, mukjizat, dan lain-lain.
3.      Ruhaniyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik, seperti malaikat, jin, iblis, roh, dan lain-lain.
4.      Sam’iyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam’i (dalil naqli berupa al-Quran dan sunnah), seperti alam barzah, akhirat, azab kubur, dan tanda-tanda kiamat.
Pada makalah ini yang berjudul I’jaz fl al-‘Aqidah hanya akan dibahas beberapa, di antaranya akan dipaparkan dalam poin-poin besar di bawah ini.

D.       Keyakinan Terhadap Allah Sebagai Illah
Kata Illah berasal dari kata alaha yang mempunyai arti tenteram, tenang, lindungan, cinta, dan sembah. Semua makna tersebut sangat relefan dengan zat dan sifat-sifat Allah.  Seperti terdapat dalam surat al-Nahl ayat 36.
ôs)s9ur $uZ÷Wyèt/ Îû Èe@à2 7p¨Bé& »wqߧ Âcr& (#rßç6ôã$# ©!$# (#qç7Ï^tGô_$#ur |Nqäó»©Ü9$# ( Nßg÷YÏJsù ô`¨B
yyd ª!$# Nßg÷YÏBur ïƨB ôM¤)ym Ïmøn=tã ä's#»n=žÒ9$# 4 (#r玍šsù Îû ÇÚöF{$# (#rãÝàR$$sù y#øx.
 šc%x. èpt7É)»tã šúüÎ/Éjs3ßJø9$# ÇÌÏÈ    
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”.

Dalam ayat di atas kata u’budu (sembahlah) disandangkan dengan kata Allah/Ilah. Kata ‘abada mempunyai beberapa makna, diantaranya ‘abdun (hamba sahaya), ‘ibadah (patuh dan tunduk), al-ma’bud (Yang Mulia, Yang Agung), ‘abada bih (selalu mengikuti-Nya).
Sehinnga makna Allah sebagai Ilah adalah kita selaku hamba harus senantiasa menghambakan diri terhadap-Nya, mengagungkan-Nya, memuliakan-Nya, mematuhi dan tunduk kepada-Nya serta bersedia mengorbankan kemerdekaan kita.

E.     Keyakinan Terhadap Allah Sebagai Rabb
Imam Ibnu Jarir al-Thabari memaparkan kata al-rabb dalam bahasa arab memiliki beberapa makna, diantaranya adalah penguasa yang ditaati di kalangan orang-orang Arab disebut rabb; orang yang memperbaiki sesuatu; orang yang memiliki sesuatu. Sehingga Allah sebagai Rabb adalah Yang Maha Kuasa yang tidak ada satu pun yang menandingi kekuasaan-Nya, Yang Maha Memberbaiki/Mengatur semua urusan mahluk-Nya, serta Dialah Sang Maha Pemilik alam semesta beserta isinya yang memiliki kekuasaan mutlak dalam menciptakan dan mengaturnya.
Allah SWT berfirman dalam surat al-Fatihah ayat 2:
ßôJysø9$# ¬! Å_Uu šúüÏJn=»yèø9$# ÇËÈ  
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”.                
Kata hamd atau pujian adalah ucapan yang ditunjukan kepada yang dipuji atas sikap atau perbuatannya yang baik walaupun ia tidak memberi sesuatu kepada yang memuji. Keterangan lebih lanjutnya kalimat rabbi al-‘alamin merupakan penegasan bahwa Allah sebagai Rabb (Tuhan yang mengatur, berkuasa, dan memiliki) alam semesta.
Alam semesta merupakan ciptaan Allah yang luar biasa baik. Sehingga benar-benar Allah layak dipuji oleh umat manusia yang pasti merasakan kebaikan penciptaan-Nya. Allah sebagai Rabb ketika mencipatakan  tidak lepas tangan begitu saja terhadap ciptaan-Nya, tapi kemudian Ia mengatur dan memeliharanya.
Bagaimana tidak, setelah penciptaan bumi, maka Allah tidak meninggalkannya, tapi Ia turunkan air dari langit untuk menjadikan bumi indah dan memberikan manfaat kepada setiap mahluk hidup yang ada di atasnya. Allah berfirman dalam surat al-sajadah ayat 27:
öNs9urr& (#÷rttƒ $¯Rr& ä-qÝ¡nS uä!$yJø9$# n<Î) ÇÚöF{$# Îãàfø9$# ßl̍÷ãYsù ¾ÏmÎ/ %Yæöy ã@à2ù's? çm÷ZÏB ö
NßgßJ»yè÷Rr& öNåkߦàÿRr&ur ( Ÿxsùr& tbrçŽÅÇö7ムÇËÐÈ  
“Dan Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya Kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanaman yang daripadanya Makan hewan ternak mereka dan mereka sendiri. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan?”
Meyakini Allah sebagai Rabb berarti meyakini bahwa Allah tidak tinggal diam dalam segala ciptaan-Nya. Bagaimana Ia mengatur dengan sangat cermat dan tertib sehingga memberikan manfaat yang luar biasa terhadap hamba-Nya. Meyakini berarti pasrah dan berbaik sangka bahwa segala urusan dan masalah yang setiap hari menimpa kita pasti akan ada campur tangan Allah sebagai Rabb yang memberikan bantuan untuk mengurusi itu semua. Sehingga hidup tidak terbawa arus permasalahan yang menjurus kepada hal yang negatif.

F.     Keyakinan Terhadap Sifat Allah
Ulama bersepakat bahwa nama dan sifat Allah adalah tauqifiyah, maksudnya memerlukan izin dari Allah sebagai peletak syariat agar sah menyebut Allah dengan nama dan sifat tersebut. Nama dan sifat Allah terdapat di dalam al-Qur’an dan hadis yang sahih, baik berupa doa maupun pemberitaan terhadap-Nya, maka semuanya itu boleh digunakan untuk menyebut nama Allah. Begitu pula sebaliknya, semua nama yang dilarang menurut petunjuk al-Qur’an dan hadis maka dilarang.
Setiap nama-nama Allah mewakili sifat-sifat-Nya Yang Maha Agung. Berkenaan dengan itu Allah berfirman dalam surat al-A’raf ayat 180:                               
¬!ur âä!$oÿôœF{$# 4Óo_ó¡çtø:$# çnqãã÷Š$$sù $pkÍ5 ( (#râsŒur tûïÏ%©!$# šcrßÅsù=ムþÎû ¾ÏmÍ´¯»yJór& 4 tb÷rtôfãy $tB (#qçR%x.
tbqè=yJ÷ètƒ ÇÊÑÉÈ  
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”.

Penyifatan nama Allah dengan nama-nama yang berbentuk superlatif menunjukan bahwa nama-nama tersebut adalah nama terbaik dibadingkan dengan nama-nama yang lain. Dengan demikian nama-nama yang terkandung di dalamnya adalah nama-nama yang amat sempurna.
Ayat ini mengajak manusia untuk berdoa kepada-Nya dengan menggunakan nama-nama terbaik-Nya, salah satu maknanya adalah untuk menyesuaikan kandungan permohonan dengan sifat yang disandarkan kepada Allah. Seperti ketika kita meminta diberikan rizqi, maka kita memanggil Allah dengan menggunakan al-Rojjaq, yang berarti Yang Maha Memberi Rizqi.
Hikmahnya yaitu lebih menumbuhkan keyakinan akan doa yang kita panjatkan akan diterima dan dikabulkan – walaupun sebenarnya setiap doa pasti akan dikabulkan.

G.    Keyakinan Terhadap Malaikat
Dalam bahasa arab kata malaikah merupakan bentuk jamak dari kata malak. Kemudian ada yang berpendapat bahwa kata malak diambil dari kata alaka atau maalakah yang berarti mengutus atau pengutusan. Dengan begitu malaikat adalah utusan-utusan Tuhan untuk berbagai tugas. Ada juga yang berpendapat bahwa kata malak terambil dari kata la’laka yang berarti menyampaikan sesuatu dari Allah.
Malaikat selaku mahluk yang Allah ciptakan untuk melaksanakan berbagai tugas, tidak sekali pun mereka mangkir dari tugasnya. Dalam arti lain mereka selalu taat dan patuh melaksanakan segala apa yang telah Allah perintahkan. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Nahl ayat 50:
tbqèù$sƒs Nåk®5u `ÏiB óOÎgÏ%öqsù tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrãtB÷sム) ÇÎÉÈ  
Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).

Setiap malaikat mempunyai tugasnya masing-masing. Ada yang bertugas menyampaikan wahyu, menurunkan hujan, mencatat amal perbuatan manusia, mencabut nyawa, dan lain sebagainya. Sebagaimana yang telah Alla firmankan dalam surat al-Sajadah ayat 11 berkenaan dengan tugas malaikat pencabut nyawa.
* ö@è% Nä39©ùuqtGtƒ à7n=¨B ÏNöqyJø9$# Ï%©!$# Ÿ@Ïj.ãr öNä3Î/ ¢OèO 4n<Î) öNä3În/u šcqãèy_öè? ÇÊÊÈ  
Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan."

Hikmahnya dengan kita meyakini akan adanya malaikat dengan ketaatannya terhadap tugasnya, kita ambil saja malaikat pencabut nyawa, maka kita senantiasa mawas diri karena kita tidak akan selamanya hidup di dunia ini, karena suatu saat malaikat maut akan mencabut nyawa kita, sesuai dengan yang jadwal yang telah Allah putuskan dan perintahkan kepadanya. Kemudian juga karena malaikat maut tidak mungkin mangkir dari tugasnya untuk mencabut nyawa kita.


H.    Keyakinan Terhadap Kitab Suci Sebagai Petunjuk
Kitab suci adalah suatu kitab yang disucikan oleh suatu agama, dengan kata lain yang dijadikan sebagai dasar suatu agama. Setiap agama mempunyai kitab suci masing-masing yang diturunkan kepada para utusannya.
Kitab suci umat islam adalah al-Qur’an. Ia merupakan kalamullah sebagai mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan Malaikat Zibril, disampaikan secara mutawatir dan membacanya bernilai ibadah, diawali dengan surat al-Fatihah dan diahiri dengann surat al-Nas.
Al-Qur’an diturunkan sebagai media komunikasi Allah dengan manusia sekaligus sebagai sumber nilai dan tuntunan kehidupan mereka. Hal ini bisa dilihat dari tema-tema al-Qur’an yang dapat dikatakan berisi tiga ajaran pokok yang merupakan pedoman bagi kehidupan manusia, yaitu:
a.    Petunjuk aqidah (tauhid), bagaimana manusia secara tepat melihat posisi antara mereka dengan Tuhannya.
b.    Petunjuk mengenai ahlak, baik ahlak dengan Allah, sesama manusia, dan dengan alam semesta.
c.    Petunjuk mengenai syariat dan hokum, baik mengenai hubungan dengan Tuhan maupun sesame manusia, baik ibadah mahdhoh maupun ghair mahdhoh.
Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi seluruh manusia pada umumnya, dan khususnya untuk umat islam. Sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat al-Baqarah ayat 185:
ãöky­ tb$ŸÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmŠÏù ãb#uäöà)ø9$# Wèd Ĩ$¨Y=Ïj9 ;M»oYÉit/ur z`ÏiB 3yßgø9$# È ….b$s%öàÿø9$#ur ÇÊÑÎÈ  
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil) …”

Dengan kita meyakini benar-benar akan fungsi Kitab suci – dalam hal ini al-Qur’an – sebagai petunjuk bagi umat manusia, maka secara jelas dan nyata kita terluruskan dalam hal siapa Tuhan yang benar-benar mesti dituhankan dan disembah, kemudian bagaimana sebenarnya ahlak manusia yang dicintai Tuhan sebagai pejawantehan iman kepada-Nya, dan bagaimana cara mentuhankan-Nya melalui tata cara ibadah yang diinginkan-Nya. Dan semua petunjuk itu ada di dalam kitab suci-Nya (al-Qur’an).
Kalau kita dengan benar-benar meyakini kitab suci al-Qur’an sebagai petunjuk, maka dengan senang hati kita akan mengamini dan mematuhi setiap petunjuk yang telah terpatrikan di dalamnya.

I.       Keyakinan Tentang Adanya Hari Kiamat
Nama lain dari kiamat adalah sa’ah yang berarti sebagian waktu walau hanya sedikit. Ia adalah bagian dari dua puluh empat jam. Ia juga merupakan sarana untuk mengetahui waktu, seperti jam, menit, dan detik.
Adapun secara syar’i kata sa’ah berarti waktu yang ditentukan oleh Allah untuk kebinasaan alam semesta, akhir kehidupan dunia, dan waktu peralihan menuju fase kebangkitan kembali seluruh makhluk untuk menghadapi hisab dan balasan, baik manusia maupun jin.
Waktu ini disebut sa’ah karena peristiwa itu terjadi begitu cepat dan di luar proses berjalannya masa yang berlaku. Dia disebut sa’ah untuk menunjukan bahwa peristiwa itu sangat dahsyat. Dalam pandangan Allah waktu itu seperti satu saat dalam ukuran manusia. Allah berfirman dalam surat al-Nahl ayat 77:
¬!ur Ü=øxî ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 !$tBur ãøBr& Ïptã$¡¡9$# žwÎ) ËxôJn=x. ̍|Át6ø9$# ÷rr& uqèd Ü>tø%r&
4 žcÎ) ©!$# 4n?tã Èe@à2 &äóÓx« ֍ƒÏs% ÇÐÐÈ  
“Dan kepunyaan Allah-lah segala apa yang tersembunyi di langit dan di bumi. tidak adalah kejadian kiamat itu, melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Hari kiamat sengaja Allah rahasiakan kedatangannya supaya manusia benar-benar mempersiapkan bekal untuk menyambutnya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Thaha ayat 15:
¨bÎ) sptã$¡¡9$# îpuŠÏ?#uä ߊ%x.r& $pkŽÏÿ÷zé& 3tôfçGÏ9 @ä. ¤§øÿtR $yJÎ/ 4Ótëó¡n@ ÇÊÎÈ  
“Segungguhnya hari kiamat itu akan datang aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan”.

Ayat ini menyatakan bahwa sesungguhnya hari kiamat datang tanpa sedikit keraguan pun. Allah merahasiakan waktu kedatangannya supaya setiap orang bersiap untuk menghadapinya, karena kedatangannya yang tiba-tiba.
Hari kiamat Allah adakan supaya tiap-tiap jiwa mukalaf dibalas dengan apa yang ia usahakan. Karena dalam kehidupan ini banyak yang berbuat baik tetapi ganjaran kebaikannya tidak ada dan banyak yang berbuat jahat yang tidak mendapatkan sangsi kejahatannya.

No comments:

Post a Comment