Waktu
Shalat dan Jam Kerja
Kebanyakan kantor di negara kita secara umum memiliki jam kerja
dari pagi hingga sore, yaitu di sekitar waktu antara jam 07.00 sampai jam 17.00,
dengan satu kali istirahat yang secara umum pada jam 12.00 sampai jam 13.00.
Bagi orang muslim di dalam jam kerja tersebut terdapat kewajiban shalat fardlu
yaitu Dzuhur dan Ashar. Setiap harinya tidak jarang kita dihadapkan dengan
volume pekerjaan yang sangat padat, atau tidak sedikit juga ditemui keadaan
peraturan jam kantor yang ketat.
Dalam permasalahan tersebut terdapat dua hal, yaitu kewajiban kita
untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wata’ala, dan kewajiban kita mencari
nafkah.
Masalah ini memang bisa menjadi dilema bagi sebagian orang, antara
apa yang harus dilakukan dan mana yang harus didahulukan?
Namun bagi sebagian orang hal ini tidak menjadi masalah, karena
dikantornya disediakan mushola atau mesjid dan selalu dilaksanakan shalat
berjamaah.
Permalasahannya, bagaimanakah kalau dikantornya tidak disediakan
tempat untuk shalat berjamaah? dan untuk menuju mesjid terdekat cukup jauh,
sehingga memerlukan waktu yang agak lama. Terjadi juga dalam keadaan waktu
Dzuhur sebelum jam istirahat misalnya waktu Dzuhur jam 11.37, atau waktu Ashar
yang tidak secara khusus diberikan jam istirahat. Atau dalam kasus lainnya,
pada saat terdengar kumandang adzan, kita sedang melayani klien kita.
Akibatnya tidak sedikit pula orang yang shalat diakhir waktu atau
shalat di ruangan dengan alasan agar tidak menghabiskan waktu yang notabene jam
kantor. Namun tidak sedikit juga orang yang tidak mempedulikan masalah ini.
Semua permasalahan diatas kembali kepada iman dan hati nurani kita
untuk menentukannya.
Bagi
orang muslim sesungguhnya telah jelas perintah untuk melaksanakan shalat.
$tBur
àMø)n=yz
£`Ågø:$#
}§RM}$#ur wÎ)
Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.
Adz dzaariyaat 56.
qJÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# (#qè?#uäur
no4qx.¨9$# (#qãèx.ö$#ur yìtB
tûüÏèÏ.º§9$# ÇÍÌÈ
Dan
Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang
ruku.
Al Baqarah 43.
ã@ø?$# !$tB
zÓÇrré& y7øs9Î)
ÆÏB
É=»tGÅ3ø9$# ÉOÏ%r&ur
no4qn=¢Á9$# ( cÎ)
no4qn=¢Á9$# 4sS÷Zs?
ÇÆtã
Ïä!$t±ósxÿø9$#
Ìs3ZßJø9$#ur 3 ãø.Ï%s!ur
«!$#
çt9ò2r&
3 ª!$#ur
ÞOn=÷èt
$tB tbqãèoYóÁs? ÇÍÎÈ
Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al
Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan.
Al ‘Ankabuut 45.
Selain
kewajiban untuk melaksanakan shalat, Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam juga
menyerukan untuk melaksanakan shalat berjamaah, dengan beberapa keutamaannya.
Al-Hasan
berkata, "Apabila seseorang dilarang oleh ibunya mendatangi shalat isya
dengan berjamaah karena kasihsayangnya, maka hendaklah dia tidak
menaatinya."
Abu
Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, "Demi Zat yang diriku
berada dalam genggamanNya (di bawah kekuasaan-Nya). Sungguh aku bermaksud untuk
memerintahkan mengumpulkan kayu bakar dan saya memerintahkan untuk shalat lalu
diazani (dalam satu riwayat: ditegakkan 3/91) shalat Kemudian saya menyuruh
seseorang untuk mengimami manusia dan saya mendatangi rumah orang-orang yang
tidak menghadiri shalat jamaah, lalu saya bakar rumah mereka. Demi Zat yang
diriku berada dalam genggamanNya, seandainya seseorang mengetahui bahwa dia
mendapat tulang yang gemuk (banyak dagingnya) atau mendapat dua paha kambing
yang baik, niscaya ia menyaksikan (ikut berjamaah) isya."
Abdullah
bin Umar r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, "Shalat berjamaah itu
melebihi shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat."
Abu Said
al-Khudri mengatakan bahwa ia mendengar Nabi saw. bersabda, "Shalat
berjamaah itu melebihi shalat sendirian dua puluh lima derajat."
Abu Hurairah berkata, "Rasulullah bersabda, 'Shalat seseorang dengan berjamaah itu dilipatkan atas shalat nya di rumahnya dan di pasarnya dengan dua puluh lima kelipatan.' Demikian itu karena apabila dia berwudhu lalu ia membaikkan wudhunya, kemudian ia keluar (berangkat) ke masjid yang tidak ada yang mengeluarkannya kecuali shalat, maka ia tidak melangkah satu langkah kecuali ditinggikan dengannya satu derajat baginya dan dihapus dengannya satu kesalahan. Apabila ia shalat, maka malaikat senantiasa memohonkan rahmat atasnya selama ia di tempat shalatnya, (selama shalat itu menahan dirinya, dan tidak ada yang mencegahnya untuk pulang kepada keluarganya kecuali shalat 1/160). Malaikat mengucapkan, 'Ya Allah, berilah rahmat atasnya (dan dalam satu riwayat: Ya Allah, ampunilah dia). Ya Allah, sayangilah ia (selama ia belum berhadats).' Seseorang di antara kamu senantiasa di dalam shalat (mendapat pahala seperti melakukan shalat) selama ia menantikan shalat."' (Dan dari jalan lain dengan lafal: Selama dia di masjid menantikan shalat, selama belum berhadats. Lalu ada seorang laki-laki asing bertanya, "Apakah hadats itu, wahai Abu Hurairah?" Abu Hurairah menjawab, "Suara [kentut. 1/52].")
Paling
afdol (utama) shalat seorang (adalah) di rumahnya kecuali (shalat) yang fardhu
(lima waktu). (HR. Bukhari dan Muslim)
Barangsiapa
meninggalkan shalat Ashar dengan sengaja maka Allah akan menggagalkan amalannya
(usahanya). (HR. Bukhari)
Selain
kewajiban shalat berjamaah juga, kita diperintahkan untuk bersegera
melaksanakan shalat pada saat waktu shalat telah masuk
Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda,
"Seandainya manusia mengetahui pahala azan dan shaf pertama, kemudian
mereka tidak mendapatkannya kecuali dengan undian, niscaya mereka melakukan
undian itu. Seandainya mereka mengetahui pahala bersegera pergi menunaikan
shalat, niscaya mereka berlomba-lomba kepadanya. Dan, seandainya mereka
mengetahui pahala jamaah shalat isya dan subuh, niscaya mereka mendatanginya
meskipun dengan merangkak."
Allah Azza Wajalla berfirman (hadits Qudsi): "Hai anak Adam,
luangkan waktu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan
kekayaan dan Aku menghindarkan kamu dari kemelaratan. Kalau tidak, Aku penuhi
tanganmu dengan kesibukan kerja dan Aku tidak menghindarkan kamu dari
kemelaratan." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Sesungguhnya shalat itu adalah pondasi ibadah kita, dan merupakan
hal pertama yang akan dihisab. Kembali kepada tema yang dibahas, bagaimana
seharusnya yang kita lakukan?
Yang pertama-tama dipertanyakan (diperhitungkan) terhadap seorang
hamba pada hari kiamat dari amal perbuatannya adalah tentang shalatnya. Apabila
shalatnya baik maka dia beruntung dan sukses dan apabila shalatnya buruk maka
dia kecewa dan merugi. (HR. An-Nasaa'i dan Tirmidzi)
Perintah Allah Subhanahu wata’ala dan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wasallam telah sangat jelas, jadi bagi umat muslim telah terdapat hukum yang
pasti.
Sekali lagi hal ini kembali pada keimanan dan nurani kita.
Sekarang masalahnya bagaimanakah jika pada saat kumandang adzan
kita sedang berinteraksi atau melayani klien. Hal ini kembali menjadi dilema
bagi kita. Bagaimanakah seharusnya?
Ada sebuah pemikiran:
Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk lebih mengutamakan
perintah Allah Subhanahu wata’ala, jika halnya memungkinkan kita meminta izin
untuk melaksanakan shalat dulu, atau kita tanya klien kita, jika seorang muslim
tidak ada salahnya kita ajak shalat berjamaah.
Tapi tentunya harus dengan cara yang baik dan jangan sampai
menyinggung hati klien.
“Sebuah kebenaran itu, jika disampaikan dengan cara yang salah,
maka akan menjadi salah”
Ada cerita dari kawan, pada suatu ketika di sebuah mesjid setelah
kumandang adzan magrib, beberapa jamaah ada yang melaksanakan shalat sunat,
alkisah si fulan yang karena dia tau bahwa untuk shalat itu harus bersegera, dan
waktu antara adzan magrib dengan iqamah itu sempit, maka iqamah lah dia,
sementara masih ada jamaah lain yang masih shalat sunat.
Apa yang terjadi??
Setelah selesai shalat magrib si fulan kena tampar.
Dari cerita di atas tentulah kita mengerti maksudnya.
Sesungguhnya di dalam islam itu banyak terdapat kemudahan.
Wallahu a`lam bishshowab
Semoga kita dimudahkan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk
mencontoh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dalam setiap amal ibadah yang
kita lakukan. Amien, ya Rabbal ‘alamin
22-10-08
No comments:
Post a Comment